Candi jolotundo dukuh balekambang seloliman trawas Mojokerto

Assalamu'alaikum wr.wb;

Salam sejahtera untuk kita semua;

 Perkenankan saya memperkenalkan peninggalan wisata cagar budaya jaman prasejarah era kerajaan Majapahit yang dibangun pada tahun  899 saka setara tahun 977 Masehi, oleh raja airlangga anak pertama dari Raja Udayana digunakan untuk petirtaan (pemandian) dan pertapaan.

  Situs Candi Jolotundo menjadi bukti kecanggihan teknologi tata kelola air yang sangat maju pada jamannya. Air di petirtaan ini berasal dari Gunung Pawitra atau dikenal sebagai Gunung Penanggungan, sebuah gunung suci bagi umat hindu aliran syiwa. Dari gunung, air dialirkan melalui jaringan bawah tanah menuju Candi Jolotundo. Air menjadi salah satu bagian penting dalam ritual masyarakat saat itu, apalagi bersumber dari gunung yang dianggap suci.

       Selain mengisi kolam pada petirtaan, air juga terus mengalir melalui jaringan bawah tanah ke sawah penduduk. Terus menuju ke pemukiman penduduk untuk kebutuhan penduduk. Karenanya, situs kuno ini memiliki fungsi ganda.

      "Situs ini tak hanya bermakna religis untuk ritual, tapi juga sosial. Sebab, air dari kolam ini juga menghidupi warga," tegas info dari warga sekitar.

     Situs dibangun oleh salah seorang raja Kerajaan Medang periode Mataram Kuno dari Wangsa Isyana di Jawa Timur, jauh sebelum kelahiran Raja Airlangga.

     Pada masa lampau struktur bangunan petirtaan ada empat tingkatan. Tapi sekarang ini hanya tersisa dua tingkatan. Pada bagian kaki petirtaan terdapat kolam yang luas. Pada bagian paling atas, dulu ada bebatuan berbentuk silinder dengan sembilan lubang yang memancurkan air.

         Dahulu, di relung tengah terdapat arca Raja Airlangga berwujud Wisnu mengendarai garuda. Arca kini disimpan di Museum Trowulan, Mojokerto. Di kedua sisinya terdapat bilik. Pada bilik sisi kiri air memancur dari mulut arca naga diperuntukkan bagi perempuan. Sedangkan di sisi kanan berupa arca garuda untuk kaum lelaki.

    "Secara morfologis, kedua makhluk itu menggambarkan dua sisi dunia. Garuda mewakili dunia atas simbol maskulin. Sedangkan naga mewakili feminim untuk perempuan," ucap Dwi.

          Petirtaan Jolotundo merupakan salah satu situs penting. Melalui situs ini bisa diketahui ada pertautan antara Raja Udayana dari Bali dengan Jawa Timur. Itu tergambar pada relief di salah satu tingkat di situs ini. Relief mengisahkan tentang Udayana yang tengah bimbang usai didongkel dari kekuasannya di Bali.

    Raja Udayana lari ke tanah Jawa dan ditampung Sri Makutawangsawardhana, Raja Medang atau Mataram perioede Jawa Timur dari Wangsa Isyana. Tidak diselamatkan, Udayana juga dinikahkan dengan putrinya yakni Mahendradatta atau Gunapriya Dharmapatni. Dari garis keturunan ini melahirkan Raja Airlangga sang Raja Kahuripan di Jawa.

    "Ini sebuah situs penting. Sayangnya, kondisinya sekarang sudah banyak mengalami kerusakan," tutur warga sekitar.

       Petirtaan candi Jolotundo ini dibangun untuk mengasingkan diri setelah raja airlangga mundur dari pemerintahan sebagai raja Majapahit guna menentramkan jiwanya setelah mandi dan bertapa di Pertirtaan Jolotundo yang tepat berada di dalam gunung penanggungan.

Untuk info lebih lanjut (hub): Wahyu;

-} 085 231 7000 87;